Tuesday 27 September 2011

Does “Muchness” still exist in our life or have we completely lost it?

“You used to be much more..."muchier." You've lost your muchness.” – Mad Hatter, Alice in Wonderland 2010.


Untuk yang sudah pernah menonton Alice in Wonderland (2010) pasti ingat dengan kata-kata tersebut. Cerita Alice in Wonderland versi tahun 2010 ini berkisah tentang Alice yang kembali ke Wonderland dengan kondisi tidak mengingat apapun yang ada di dunia tersebut. Di film diceritakan bagaimana Alice yang kembali kebingungan ketika bertemu dengan Tweedle-Dee dan Tweedle-Dum; Absolem; Chesire cat; Mad Hatter, dan lain-lain.

Saya jadi berpikir bahwa cerita Alice in Wonderland (baik versi terdahulu maupun versi tahun 2010) ini merupakan sebuah gambaran mengenai kehidupan kita. Pada Al ice in Wonderland versi jaman dulu, dikisahkan Alice yang masih kanak-kanak, melihat wonderland sebagai sesuatu yang menarik, fascinating, sebuah petualangan yang sangat menyenangkan. Demikian juga kita sebagai manusia. Ketika kita masih kecil, kita melihat dunia ini seperti taman bermain. Apapun bisa kita jadikan mainan, dari mulai ranting pohon, batu, sendok, garpu, tempat bedak, dll.

Saya ingat ketika masih kecil, saya pernah menjadikan bantal besar di ruang TV menjadi sebuah kapal kecil, atau kursi goyang rotan milik saya, saya balikan, lalu saya berpura-pura itu adalah podium, dan lain sebagainya. Saya juga pernah bermain “mencari harta karun” dengan sepupu saya di rumah tante saya. Jika ada dahan pohon yang cukup rendah atau kolam ikan, kami jadikan sebuah rintangan yang harus bisa dilewati.

Masa kecil memang masa yang paling menarik. Kalau mengambil kata-katanya Mad Hatter, masa kecil adalah masa dimana kita memiliki banyak “Muchness” dalam arti, kita masih memiliki energi yang banyak, pikiran kita masih belum “terbebani” oleh hal-hal lain sehingga kita masih bisa berimajinasi mengenai banyak hal. Ketika masih kecil, kita juga masih memandang dunia sebagai sesuatu yang penuh dengan segala kemungkinan. Pastinya masih banyak yang ingat bagaimana kita berimajinasi mengenai apa yang dikatakan oleh semut kepada semut lain? Apa yang dikatakan anjing ketika melihat kucing? Dan lain sebagainya.

Seiring dengan berjalannya waktu, kita pun menjadi dewasa. Secara psikologis, tugas perkembangan kita pun bertambah. Kita sudah mulai disibukan oleh tugas kita sebagai pelajar, sebagai remaja, dan sebagai seorang anak, seorang pekerja, seorang istri/suami, dll. Sesuatu yang dulu terlihat menarik, menjadi biasa saja di mata kita. Segala macam hal yang menurut kita dulu mungkin saja bisa terjadi, sekarang jadi sangat aneh dan sangat tidak mungkin terjadi. Kita mulai melupakan rasa penasaran kita terhadap apa yang dikatakan seekor semut ketika bertemu dengan semut yang lain, dan sebagainya.

Seiring dengan berjalannya waktu, kita semakin sering dihadapkan dengan realita-realita yang baik dan yang buruk. Semakin sering kita berinteraksi dengan banyak orang, semakin sering pula imajinasi-imajinasi kita dianggap menjadi sesuatu yang aneh dan tidak biasa. Hal yang aneh dan tidak biasa tersebut seringkali menjadi bahan olok-olok banyak orang. Ketika kita mempertanyakan sesuatu hal yang mustahil, kita akan diberikan tatapan “are you seriously asking that question?” dari lingkungan kita.

Saya jadi bertanya-tanya, apakah diantara kita masih memiliki “muchness” tersebut? Apakah diantara kita ada yang secara sadar masih mempertahankan sebagian dari "muchness" kita? Atau hal tersebut sudah benar-benar hilang dari kehidupan kita dikarenakan bertambahnya tuntutan perkembangan kita?

Kalau ditanyakan, saya akan menjawab untuk mempertahankan sebagian dari "muchness" saya. Karena menurut saya, dengan adanya "muchness" tersebut, hidup kita menjadi lebih bermakna. Dengan adanya "muchness" dalam hidup kita berarti kita masih memiliki passion dalam diri kita. Dan tanpa passion, saya rasa kita akan selalu merasa tidak puas terhadap apa yang kita miliki.

Sekian posting hari ini. Semoga bisa bermanfaat bagi Nusa dan Bangsa.

Nighty Night! :)

Wednesday 14 September 2011

I'm Falling in love :)

Good evening!

See the title? Yes. I am falling deeply in love at the moment. With whom? I'm falling in love with......




THIS KIDS!!! :'D

It's been a while since I wrote the post about my special job as a teacher assistant in Special Education Department. So, I'm going to tell you about my days as a special education teacher assistant. In here, I'm assisting 2 teachers for 3 different subjects. We have Language, Math, and Bahasa Indonesia.

Before I'm talking about my activities, I want to introduce you all to my students. Based on the picture above, at the back, from left to the right: Joey, Brian and Sammy. The 2nd line (left to the right): Adela, Fikri, Jordan, Rizki, Calli, Rafi, Sylvana, and Eun Kyoung. The front line (left to the right): Nicole (or memei), Gio, and Wilbert.

Ok, as a teacher assistant, I'm dealing with almost all of them. Only fikri, Joey, Sammy and Calli that I haven't taught yet. I meet Nicole, Wilbert, Gio, Rafi, and Rizki in Language class. In Math and Bahasa Indonesia, I meet Jordan, Sylvana, Gio, Rafi, and Wilbert. I once taught Eun Kyoung, Brian and Adela for Language and Math because their main teacher had a meeting.

At first, i was afraid (wait, it's not a song :p). I was afraid that I couldn't teach them, or they didn't want to listen to me, etc. But it turns out, They are listening to me. In fact, one of them, usually tell me to give him guidance when he does his works. I was so flattered when he asked me that.

Being with them, I have to admit that it's not always happy-go-lucky kind of thing, but they surely 100% always make me smile. Last week for example, we had an art project, and I had to deal with one of them. 45 minutes in class with her, while she's throwing crayon and scratched me etc. It was bloody tiring. But on Tuesday, when we're going to practice gamelan, I, again, had to deal with this kid, and she's actually funny with her own thing.

Yes, they can play gamelan, eventhough not as perfect as the professionals, but they can play the songs that are given. Still need guidance, of course, but at least, they are able to do that. We once had a performance in JHCC some weeks ago. Everybody were just amazed by them.

I can tell you a lot of things about us, but I'm sure that this post will be very long. But one thing for sure that I love them with all my heart. They teach me many things. They teach me how to control my emotion, they teach me patience, and the most important thing is, they teach me how to love unconditionally..


-Different, But Not Less- Temple Grandin.

Nighty night!

Sunday 4 September 2011

AC Milan Glorie vs Indonesia All-Star Legends

Morning!

Jadi kemarin, saya dan 4 orang teman saya menonton Milan Glorie di GBK. Para legenda AC Milan bertanding melawan Legenda Indonesia. Dengan sangat antusias, saya mengenakan Jersey AC Milan saya. Sesampainya di sana, sudah berkumpul para Milanisti Indonesia. Mendengar chant2 yang mereka keluarkan menambah keseruan suasana di GBK.

Ketika sudah memasuki stadion utama GBK, suasana pun tambah seru. Apalagi ketika para legenda sedang melakukan warming up. Sulit dipercaya, saya yang beberapa tahun yang lalu hanya menonton Dida, Serginho, dan Costacurta dari TV, sekarang menonton mereka live!

Pertandingan pun dimulai. Awal babak pertama, Tim Milan Glorie terus menyerang. Sampai akhirnya Serginho berhasil mencetak Hattrick. Babak pertama agak kurang seru menurut saya. Pertandingannya sedikit monoton. Pada saat istirahat, kami pun kembali melihat Milan Glorie melakukan warming up. Beberapa saat kemudian, babak kedua pun dimulai. Posisi kiper Milan Glorie digantikan oleh Taibi. Beberapa menit kemudian, saya melihat sesosok jangkung menjulang menggunakan kostum bernomor 32 memasukin lapangan. Saya pikir siapa, ternyata dia adalah.. DIDA! Whaaaat???? Hahahaha... Penonton pun pada bersorak ketika Dida mulai menggiring bola. Dan.. Tidak beberapa lama setelah Dida masuk lapangan, dia pun mencetak Goal melalui sundulan kepalanya. Tidak hanya hebat sebagai keeper, tapi ternyata Dida juga berbakat menjadi Striker!

Pertandingan pun berakhir dengan skor 1-5 untuk kemenangan Milan Glorie. Serginho berhasil menyarangkan 4 goal, sedangkan Dida 1 goal. Dari team Indonesia, Ricky Yakobi menyumbangkan 1 goal.

Pertandingan persahabatan ini cukup memuaskan menurut saya. Meskipun saya tidak terlalu mengenal para pemain legenda kita, tetapi para bapak2 tersebut patut diacungi 1000 jempol. Meskipun kita kalah, tetapi menurut saya permainan mereka cukup bagus. Meskipun saya tidak mendapatkan tanda tangan Dida, Costacurta dan Serginho, serta para pemain Milan lainnya, saya tetap senang! Semoga tahun depan Giliran Para legenda Bayern Muenchen yang datang.. :D