Wednesday 29 June 2011

Just A Thought

Good Evening!

Mau cerita sedikit. Tapi sebelumnya, mohon maaf kalau ada pihak-pihak yang tersinggung. Sumpah ngga bermaksud jelek. Jadi, kemarin ini, di twitter baru muncul akun baru yang bernama @SaveStreetChild. Gue pun tertarik untuk ikutan. Gue follow lah tuh kan. Ternyata ada facebook dan blognya. Gue buka lah 2 situs tersebut. Pas gue lihat siapa yang memprakarsai, gue kagum,terharu, sedih, dan merasa tertampar. Campur aduk deh.


Gue kagum dan terharu sama para mahasiswa dari Universitas Paramadina. Disaat kayak gini, mereka masih mau memikirkan anak-anak jalanan tersebut. Disaat orang-orang banyak yang mencibir anak-anak jalanan, mereka justru berusaha meraih anak-anak jalanan tersebut dan mau melakukan sesuatu untuk mereka. Mereka ini memberikan inspirasi yang sangat tinggi kepada semua masyarakat. Sampai-sampai mereka sudah punya cabang di Surabaya, Medan, Makassar dan Bandung. Hebat kan?! Hebat! Gue sangat-sangat senang ada yang mau mulai bergerak untuk bikin komunitas semacam ini. 1 Trilyun jempol untuk kalian. :)

Gue sedih dan merasa tertampar. Pasti pada bingung ya, kenapa gue sedih. Gue sedih, karena ide tersebut, kegiatan ini, munculnya justru dari mereka yang kuliahnya di Universitas swasta yang mana tentunya tidak seperti kami-kami ini yang kuliah di Universitas Negeri, yang (katanya) dibayarin rakyat. Mereka yang uang kuliahnya tidak dibayari oleh rakyat, justru malah mau bersusah payah untuk bikin kegiatan semacam ini. Mereka justru mau merangkul anak-anak jalanan. Dan ya, Gue merasa tertampar.

Jujur, gue malu. Gue kuliah di Universitas Negeri, yang katanya uang kuliahnya sebagian pakai duit rakyat. Dulu waktu jaman-jaman ospek, sebagai MaBa, kami pernah diperkenalkan kepada yang namanya Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang kalau tidak salah isinya itu: Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat. Terus kalau tidak salah lagi, para Mahasiswa Baru juga diperkenalkan kepada 3 peran mahasiswa yaitu: Agent of Change, Social Control, dan Iron Stock. Sejujurnya gue juga masih ngawang sih kalau masalah 3 peran tersebut.

Entah guenya yang selama jadi mahasiswa terlalu ignorant, skeptis, dan apatis, entah gimana. Tapi kok gue tidak melihat adanya pengabdian para mahasiswa ke masyarakat ya? Okelah, setiap fakultas punya yang namanya "Departemen Pengabdian Masyarakat" atau "Sosial Masyarakat" di BEMnya. Gue sempet masuk sebagai salah satu anggota PengMas. Selama berkegiatan di BEM tersebut kami pernah pergi ke daerah Jakarta Utara untuk mengajar anak-anak nelayan di situ. Terus kami dan teman-teman dari BEM UI juga pernah ke daerah Pelumpang untuk melihat salah satu rumah singgah untuk anak-anak jalanan. Di sana mereka ada rumah singgah plus sekolah untuk anak-anak tersebut. Kurang tau juga gimana kelanjutannya sih. Masih banyak juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

Lepas dari itu semua. (setau gue) Belum pernah ada yang mau capek-capek bikin sebuah komunitas seperti "Save Street Child" ini. Ketika menyebutkan mahasiswa UI, gue pasti akan kebawa. Itu juga kenapa gue bilang, gue malu. Gue pun malu sama diri gue sendiri. Gue sering kepikiran untuk bikin sekolah gratis untuk anak-anak jalanan, tapi, belum terealisasikan sama sekali. Apakah kita ini orang-orang NATO? Yang bisanya cuma ngomong doang, tapi ngga pernah ada aksi apa-apa? Bisanya kasih kritik doang, tapi ngga kasih solusi sama sekali? Atau mungkin guenya yang dulu terlalu ignorant sampai melewatkan beberapa kegiatan-kegiatan kayak gini? Mungkin karena tuntutan akademis juga yang menghambat kita untuk membuat komunitas seperti ini?

Anyhow, Tulisan ini bukan untuk menjelek-jelekan atau apa. Tulisan ini pure gue buat based on my own feelings. Goodluck untuk para calon Mentor, Goodluck untuk pengurus Save Street Child! Semoga makin berkembang dan makin bisa membantu para anak-anak jalanan di Indonesia untuk bisa berkarya. :)


Have a blessed life! Cheers! :)

No comments:

Post a Comment